Jangan Anggap Sepele Demam - #HaninStory Part 1

Assalamu'alaikum.. Emak-Emak sekalian, semoga sehat dan bahagia selalu ya. Alhamdulillah, kalau Emak pada sehat. Sehat emang hal yang paling berharga buat hidup kita. Meriang dikit aja, langsung banyak ngeluh dan gak bisa ngapa-ngapain, ya kan.

Apalagi musim kemarau begini, musimnya batuk pilek, ada juga yang asmanya kambuh, belum lagi demam sampai meriang.

Mengenal Demam

Ngomong-ngomong, di postingan kali ini saya mau sharing tentang demam, Mak. Terutama pengalaman menghadapi anak demam yang ternyata gak boleh dianggap remeh. Walaupun ini pengalaman lama, semoga aja bermanfaat ya.

Suatu hal lumrah terjadi, penyakit langganan yang dihadapi ibu-ibu itu biasanya demam pada anak-anaknya. Usia anak balita emang rentan diserang berbagai macam penyakit, kita sadari itu ya Mak. Dan biasanya, neneknya anak-anak udah ngingetin dari jauh-jauh hari, punya bocah kecil itu mesti sabar karena bakalan ngadepin anak sakit, ya macem-macem sakitnya.

Eh, beneran kejadian. Pas punya anak pertama, Hanin, saya mengalami sendiri gimana ngadepin dia yang sering sakit.

Hanin usia 5 bulan

Sebenernya sakitnya sepele, cuma demam. Walaupun demam ini sebenernya bukan penyakit. Melainkan “sign” alias tanda dari suatu penyakit. Saya sadar itu.

Demam adalah suatu keadaan dimana suhu badan menjadi naik. Biasanya ditandai dengan panas tubuh dan bisa kita cek dengan termometer. Mekanisme demam sendiri terjadi ketika ada suatu benda yang dianggap asing masuk ke dalam tubuh, sehingga sel imun tubuh kita memberikan respon.

Biasanya kalau ada kuman atau patogen masuk ke tubuh inilah yang lalu menstimulasi sel imun untuk memberikan respon yaitu perlawanan kepada kuman tadi, maka tubuh kita menjadi tinggi suhunya.

Pernah suatu malam, suhu badan Hanin ini sampai 39 derajat selsius. Shock dan saat itu Abi (ayah)nya lagi gak ada di rumah selama 3 hari. Akhirnya, berusaha sendiri dan menahan diri supaya gak ngasih kabar ke Abi, bisi jadi ikutan panik kalau saya kasih kabar kondisi Hanin.

Ini panas kesekian, akhirnya saya minumin parasetamol dan bikin ramuan dari bawang merah lalu dibalur ke seluruh badannya. Alhamdulillah, usaha ini bekerja dan suhu badan Hanin pelan-pelan normal. Gak lama dia bisa tidur lagi.

Poto ini diambil saat Hanin habis rewel karena badannya panas

Yaa… Ibu mana yang gak panik kalau anaknya demam tinggi. Apalagi, saat itu usia Hanin ini belum genap 1 tahun, jadilah dia rewel banget. Di-mimik ASI pun gak mempan.

Sebagai mamah muda, saya gak berpikiran macem-macem kenapa anak saya demam. Yang bisa saya lakukan saat itu gimana caranya supaya badan Hanin kembali ke suhu normal.

Tapi, kondisi kayak gini ternyata gak sekali terjadi, Mak. Hanya saja saat itu saya dan Abinya gak menaruh curiga sedikitpun. Kami anggap sebagai kondisi biasa ya namanya juga anak batita, wajar kalau sistem imun tubuhnya belum sempurna.

Tanda Lain yang Menyertai Demam

Meskipun gak perlu panik pas anak demam. Tapi, kita perlu cermat juga melihat kondisi anak saat demamnya bukan sekali terjadi.

Salahnya saya saat itu mungkin gak cermat melihat kondisi lain Hanin, sehingga demamnya berulang. Walaupun gak setiap hari, tapi terhitung sering. Malah, anehnya panasnya kadang cuma sekitar kepala sampai leher.

Ah, lagi-lagi gak ada sama sekali pikiran curiga. Kecurigaan tersendiri muncul justru bukan dari demam.

Saya perhatikan emang ada yang janggal dari tumbuh kembang Hanin. Di usia 10 bulan, dia belum bisa angkat badan dan duduk. Idealnya tumbuh kembang anak usia segitu harusnya udah bisa merangkak, tapi Hanin gak demikian.

Saya dan Abi coba mengingat proses tumbuh kembang Hanin. Kami inget betul dia tetap mengalami proses tengkurap, bolak balik badan, dan mengangkat kepala. Sampai kecurigaan itu berlangsung biasa dan kami ikhtiar dengan cara pijat tradisional bayi.

Belajar tengkurap dan angkat kepala usia 4 bulan

Namun, perubahan belum tampak banyak. Terlalu positifnya saya sehingga masih beranggapan “ah, belum aja kali, nanti juga bisa”.

Sampai usia satu tahun, barulah semua kecurigaan kami terjawab. Mengapa Hanin badannya sering panas, tum-bangnya gak ideal layaknya anak seusianya, termasuk berat badan yang ikutan mogok. Dan, tanda yang paling mencolok adalah tangan kirinya terus mengepal.

Semua itu terjawab saat kami akhirnya memutuskan untuk ke rumah sakit ketemu dokter anak. Tapi, dari dokter anak yang pertama ini Hanin dirujuk ke dokter anak subspesialis tumbuh kembang di rumah sakit lain, lebih khusus lagi ternyata dokter yang menangani Hanin konsen di perihal saraf anak.

Dari situlah, kemudian ada rujukan untuk CT-Scan kepala dan tes darah. Akhirnya, terjawab sudah bahwa mulai dari kenapa Hanin sering demam, tum-bangnya lambat, Hanin didiagnosa pengapuran otak akibat infeksi Virus Cyto Megalo (CMV).

Baca juga: Pengalaman Periksa Darah di Lab Prodia vs Lab Cito

Sedikit kaget dan agak melongo pas dr. Irawan mengatakan hasil diagnosa Hanin. Walaupun pas dulu kuliah sempet ketemu sama hal begini, tapi siapa sangka malah terjadi di anak sendiri.

Saya coba flashback ke masa dimana Hanin kecil, demam yang saya kira suatu hal yang wajar, ternyata malah bisa jadi pemberi tanda suatu hal yang besar.

Hanin usia akan 5 tahun, udah mulai lancar makan dan minum sendiri

Belajar berdiri

Jadi, kita emang kudu telaten ya lihat kondisi anak. Walaupun demam hal sepele dan seringnya bisa dilalui tanpa kendala. Tapi, seenggaknya, ada beberapa kesimpulan dari pengalaman saya ini yang bisa dijadikan pelajaran ya, Mak..

1.Kenali demam dan penyebabnya. Karena demam adalah “tanda/peringatan”, maka orangtua diharapkan cermat, bisa jadi demam ini “petunjuk” suatu penyakit lain. Bila intensitasnya sering, maka patut curiga.

2.Perhatikan juga tanda lain pada anak yang dianggap orangtua ada kejanggalan, terutama tumbuh kembang anak.

3.Sedia selalu obat pereda panas untuk anak, baik medis maupun dengan cara tradisional, seperti balur bawang merah, dll.

4.Sedia termometer suhu badan di kotak sediaan obat. Benda penting buat memantau suhu badan, karena kalau cuma pegang kening pakai tangan, itu gak valid ya, Mak.

5.Konsultasikan kepada tenaga kesehatan, seperti bidan terdekat atau langsung ke dokter anak, biasanya nanti diobservasi dahulu, jika dianggap perlu penanganan lebih maka biasanya akan mendapatkan rujukan.

6.Jangan lupa untuk mengecek kondisi tumbuh kembang anak sesuai panduan WHO, seperti tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, kemajuan tumbuh kembang apakah sesuai dengan usia seharusnya atau tidak.

Pengalaman adalah guru terbaik. Bukan cuma pengalaman sendiri, tapi belajar dari pengalaman orang lain juga perlu. Semoga bermanfaat ya sharing saya kali ini.

Nah, apakah Emak-Emak punya pengalaman ngadepin anak pas demam? Gimana pengalaman Emak sekalian, nih? Sharing, yuk di kolom komentar… :)

Salam Energic,
Amelia Fafu